Tugas Makalah Profesi Pengamen Jalanan
Nama : David Handoko
NPM : 11112727
Kelas : 4KA31
LATAR BELAKANG MASALAH
Masa depan
Indonesia ada di pundak generasi penerus bangsa. Merekalah yang akan membangun
bangsa ini kelak dengan pengetahuan dan kemampuannya bersaing di dunia global.
Membawa bangsa Indonesia dalam percaturan politik, ekonomi, dan kebudayaan
bersama bangsa-bangsa lain di panggung dunia. Tanggungjawab generasi penerus
bangsa ini bukan main, perlu pembekalan melalui pembelajaran yang matang dan
mantap, sehingga tidak tergoyahkan oleh tradisi politik dan kebudayaan yang
malas dan korup.
Harapan bangsa
ini kepada generasi penerus, yaitu anak-anak Indonesia sungguh besar, akan
tetapi harapan itu sekaligus menjadi keraguan tatkala melihat kenyataan saat
ini. Yaitu banyak generasi penerus yang tidak mampu mengenyam pendidikan yang
layak dan tuntas. Masih banyak generasi penerus yang terlantar di jalanan, di
tempat yang tidak semestinya mereka berada. Namun demikian, itulah kenyataan
hidup generasi penerus bangsa saat ini. Hidup di bawah terik matahari dan
menghirup asap kendaraan setiap harinya. Tidur pun mereka di selasar pertokoan
bersama orang tua mereka yang memilih hidup di jalanan.
Pengamen jalanan
kini sudah menjadi pilihan mereka yang hidup dalam kemiskinan ekonomi dan
kemiskinan pengetahuan. Anak-anak umur belasan tahun secara terpaksa menengadah
tangannya di pintu-pintu angkutan kota, di dalam bis kota, bahkan juga di
perempatan jalan kota-kota besar di Indonesia. Ada apa dengan kita yang selalu
melihat ke atas, melihat kekuasaan hingga terjebak dalam lingkaran politik yang
menyesatkan moral? Sering kali kita lupa melihat saudara kita yang hingga saat
ini masih mencari nafkah dengan meminta-minta.
FAKTOR PENDORONG
Kehadiran anak
jalanan tidak bisa dilepaskan dari keberadaan kota-kota besar. Anak jalanan
merupakan fenomena kota besar di mana saja. Semakin cepatperkembangan sebuah
kota semakin cepat pula peningkatan jumlah anak jalanan.
Kehidupan di
kota-kota besar yang tampak serba gemerlap dengan pernik-pernik kebebasannya
ibarat sinar lampu yang mengundang anai-anai . Alasan ekonomi selalu menjadi
prioritas untuk diungkapkan jika ditanya apa sebab pengamen melakukan pekerjaan
itu. Pengamen merupakan salah satu kelompok pinggiran yang tidak bisa dilihat
hanya dari bagaimana mereka mempertahankan hidup, tapi juga bagaimana
perkembangan kota selalu mempengaruhi kehidupannya. Mereka juga mampu membuka
mata mengenai peran kontribusinya yang setiap saat selalu ditutup-tutupi oleh
wacana kota yang “bersih, indah dan nyaman”.
Banyaknya anak
jalanan yang menempati fasiltas-fasilitas umum di kota-kota, bukan selalu
disebabkan oleh faktor penarik dari kota itu sendiri. Sebaliknya adapula
faktor-faktor pendorong yang menyebabkan anak-anak memilih hidup di jalan.
Kehidupan rumah
tangga asal anak-anak tersebut merupakan salah satu faktor pendorong penting.
Banyak anak jalanan berasal dari keluarga yang diwarnaidengan
ketidakharmonisan, baik itu perceraian, percekcokan, hadirnya ayah atau ibu
tiri, absennya orang tua baik karena meninggal dunia maupun tidak bisa
menjalankan fungsinya. Hal ini kadang semakin diperparah oleh hadirnya
kekerasan fisik atau emosional terhadap anak. Keadaan rumah tangga yang
demikian sangat potensial untuk mendorong anak lari meninggalkan rumah. Faktor
lain yang semakin menjadi alasan anak untuk lari adalah faktor ekonomi rumah
tangga. Dengan adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia, semakin banyak
keluarga miskin yang semakin terpinggirkan. Situasi itu memaksa setiap anggota
keluarga untuk paling tidak bisa menghidupi diri sendiri. Dalam keadaan seperti
ini,sangatlah mudah bagi anak untuk terjerumus ke jalan.
ISI PEMBAHASAN
Pengamen adalah
seseorang yang kerjanya
mengamen atau seseorang yang kerjanya
menyanyi dengan peralatan
seadanya yang biasanya banyak
kita temukan di
pinggir- pinggir jalan
raya. Tidak hanya di
pinggir jalan raya
saja tetapi juga
terkadang kita temukan
di tempat – tempat
makan yang terletak
di pinggiran jalan,
di terminal – terminal
bus, bahkan ketika
sedang menaiki kendaraan
umum seperti bus kota atau
mikrolet tak jarang
kita temukan pengamen.Di
atas tadi telah disebutkan
bahwa peralatan yang
dipakai pengamen jalanan cukup
sederhana. Yang sering
kita lihat selama
ini yaitu mereka hanya
bermodalkan sebuah gitar,
entah itu gitar yang berujuran standart
ataupun gitar yang
berukuran kecil. Bahkan
ada juga yang hanya
bermodalkan tepuk tangan
saja. Yang dimaksud tepuk tangan
disini yaitu mereka bernyanyi
dengan iringan tepuk tangannya sendiri
Ada juga pengamen
yang bernyanyi dengan iringan beras
yang di masukkan
ke dalam botol
– botol plastik lalu
mereka kocok –
kocok sesuai bagaimana
iringan lagu untuk lagu
yang sedang mereka
bawakan.Umur dari para
pengamen ini beranekaragam dari
mulai usia anak
– anak, remaja
bahkan dewasa, bahkan tidak
sedikit pula pengamen
yang sudah berumur.Pengamen cilik
atau masih anak
– anak biaanya mengamen hanya
dengan bernyanyi saja
tanpa iringan alat
apapun. Tetapi ada juga
yang menggunakan tepukan
tangannya sendiri atau botol
plasitk yang diisi
pasir atau beras
bahkan juga ada yang
memakai kecrekan. Mereka
tidak selalu mengamen
sendiri, terkadang mereka juga
melakukannya dengan berkelompok.Ada juga pengamen
yang yah bisa
di bilang dalam
usia remaja. Kebanyakan dari
mereka mengamen dengan
memakai gitar akustik.
Ada juga
mereka mengamen dengan
ara berkelompok yaitu
satu diantara mereka sebagai
yang bernyanyi dan
yang lainnya bermain gitar
serta alat – alat sederhana
lainnyaPenghasilan yang mereka dapatkan pun
tak selalu sama
dari hari ke
harinya. Dalam jumlah penghasilan disini
saya membahas tentang
pengamen anak muda atau
yang sedang seumuran
seperti kita –
kita ini antara 15 – 22 tahun. Salah
satu jumlah pendapatan
dari pengamen yang mengamen
di daerah Garuda
dekat TMII yaitu
bisa mencapai Rp.20.000 per
harinya, tergantung keinginan
tiap – tiap
orang yang ingin mengasihi
mereka pada saat
itu.Mungkin kita pernah bertanya –
tanya dalam hati kecil kita
“ Mengapa mereka mengamen ? ”. Salah
satu jawaban yang
mereka berikan yaitu untuk
membeli makan, untuk
menambah modal uang
hidup sehari – hari,
untuk membeli rokok,
dsb. Apabila mereka
mengamen secara berkelompok maka
mereka akan melakukan
bagi hasil. Maksudnya yaitu mereka
pengamen yang terdiri
dari 3 orang, berarti hasil
yang mereka dapat
pada satu itu
akan dibagi secara rata
kepada ketiga temannya
tersebut, jadi adil keadaannya.Yang paling saya
benci dalam kehidupan
pengamen khususnya pengamen –
pengamen kecil yaitu
dimana saat mereka
sedang berpanas – panasan melawan
teriknya matahari siang
untuk mencari uang, orangtua mereka
hanya duduk –
duduk saja sambil
memantau anak – anaknya dari
kejauhan yang sedang
mengamen. Harusnya anak sekecil
mereka tidak sepantasnya
berkeliaran di jalanan,
harusnya seorang anak seumuran
mereka pergi untuk
bersekolah menuntut ilmu, tetapi
karena keadaan ekonomi
mereka yang sangat
tidak memungkinkan, maka merekapun
akhirnya berkeliaran di jalanan sebagai pengamen.
Maka dari
itu, disini saya
sangat menegaskan agar teman
– teman semua
dapat menghargai kehidupan
para seniman – seniman
jalanan ini ,
janganlah menganggap mereka kecil,
memandang mereka dengan
sebelah mata karena
kita semua dihadapan Tuhan
sama.Seharusnya pemerintah cepat
tanggap akan masalah mengenai
pengamen – pengamen
tersebut. Khususnya bagi mereka
– mereka yang
masih dalam batas
usia sekolah. Seharusnya pemerintah
turun tangan untuk
memberikan bantuannya berupa sumbangan
dana agar mereka
dapat bersekolah setidaknya agar mereka
dapat membaca, menulis
dan berhitung, karena merekalah penerus
Bangsa Indonesia nantinya.Pemerintah bisa
saja mendirikan tempat tinggal
serta pandidikan untuk
para pengamen jalanan agae
mereka tidak berkeliaran
dijalanan.
ANAK-ANAK YANG DIPAKSA DEWASA
Kehidupan yang
keras di jalan, ditambah situasi anak itu sendiri di mana merekaharus bertahan
hidup, memaksa anak-anak ini menjadi dewasa sebelum waktunya. Apabila anak-anak
sebaya mereka masih bermain-main dan dirawat oleh orang dewasa, maka anak-anak
jalanan ini sudah harus menghidupi dirisendiri dan mempertahankan hidup.
Hanafi, misalnya yang lari dari rumah sejak berusia 9 tahun karena kekerasan
fisik oleh ayahnya, harus menghidupi diri sendiridengan mengamen dan menyemir
sepatu di sepanjang UGM, atau mengelap kaca mobil yang berhenti di persimpangan
jalan. Ia pun masih harus menghadapi teman-teman yang lebih besar atau kadang
kala preman-premanyang meminta uang darinya. Keadaan ini memaksanya menjadi
seorang ‘anakdewasa’ yang keras, yang ditunjukkan dengan sikapnya yang selalu
membantah.
Namun di saat-saat tertentu,
masih terlihat sifat anak-anaknya, karena memang sebenarnya ia masih anak.
SOLUSI
Tidak ada solusi
yang ampuh untuk mengatasi masalah sosial ini. Mereka hadir di jalanan karena
kita memberi peluang kepada mereka untuk meneruskan “profesinya”. Dengan tetap
memberi mereka recehan uang, mereka akan terus bergerilya di jalanan karena
merasa sangat mudah mencari uang tanpa perlu kerja keras. Seharusnya tugas
negaralah untuk mengentaskan mereka dari kepapaan hidup, karena di dalam UUD
1945 disebutkan bahwa “anak yatim dan orang-orang terlantar dipelihara oleh
negara”. Tetapi tampaknya Pemerintah Kota (wakil negara) membiarkan kaum
jalanan ini tetap beraksi. Razia yang dilakukan terhadap mereka tidak efektif
sebab setelah dilepaskan mereka akan kembali lagi ke jalan.Kita yang sering
terenyuh dengan pengemis dan pengamen jalanan sering dibuat serba salah. Jika
tidak diberi uang, ada perasaan seakan diri kita kikir, tetapi jika diberi uang
mereka semakin ketagihan dan akan terus berada di jalanan. anak-anak yang
mengamen kita jangan memberi mereka uang, tetapi berilah biskuit atau penganan
agar mereka tidak kekurangan gizi. Alasannya adalah pengamen anak-anak ini
kemungkinan besar menggunakan uang hasil mengamen untuk membeli kebutuhan yang
bersifat merusak tubuh mereka seperti rokok, minuman atau makanan berwarna,
bahkan mungkin saja untuk ngelem atau untuk narkoba. Jadi, siapkan di mobil
anda permen, biskuit, atau roti ketimbang uang receh. Itu jika anda tetap
berniat memberi.
PENUTUP
Citra
kriminalitas mudah melekat pada pengamen. Pengamen dianggap malas bekerja dan
pembuat onar. Namun demikian, persoalan ini tidak terletak pada pengamen itu,
namun merupakan efek dari perubahan kota. Konsep kota ideal yang indah, bersih,
dan nyaman harus menyingkirkan konsep-konsep lain yang bertentangan dengannya.
Hal ini dapat dibuktikan pada citra pasar modern seperti supermarket menggeser
konsep pasar tradisional. Persoalan utama sebenarnya terletak pada penyingkiran
ini. Untuk membuat Sebuah Kota bersih, indah, dan nyaman sebenarnya tidak harus
meminggirkan pengamen. Artinya, semua pihak perlu menghargai bahwa kota terdiri
dari zona-zona yang beragam. Masing-masing zona memiliki karakteristik
sendiri-sendiri. Kehidupan pengamen dapat dikatakan terletak pada zona
informal. Mereka memandang tempat mengamen tidak hanya ruang ekonomi, tapi juga
ruang sosial, yaitu tempat mereka menunjukkan informalitasnya, mulai dari cara
mereka berpakaian sampai ke bahasa yang mereka obrolkan. Pengamen tidak dapat
memahami konsep kebijakan modern yang sistematis dan struktural. Harus ada
dialog ditengahnya sebelum segala keputusan dilaksanakan.
Referensi:
0 komentar:
Posting Komentar
Leave Comment Here